Tragedi Perang Badar
Ketika memimpin balatentara musyrikin ke medan perang Badar, bapaknya bersumpah kepada Lata dan Uza, nama berhala yang disembah mereka bahwa dia tidak akan kembali ke Makkah sebelum Nabi Muhammad dan kaum Muslimin musnah. Sampai di Badar dia mengadakan pesta pora terlebih dahulu selama tiga hari berturut-turut, menyembelih hewan, mabuk-mabukan, menyanyi dan menari. Semua itu dilakukan dengan harapan bisa memompa semangat pasukannya.
Dalam peperangan itu, Ikrimah menjadi tangan kanan bapaknya dalam melakukan serangan terhadap kaum Muslimin.
Menjelang akhir dari peperangan itu, hati Ikrimah bagai tercabik-cabik ketika melihat bapaknya ditembus lembing kaum Muslimin. Ikrimah melihat dengan mata kepalanya dan mendengar dengan telinganya sendiri jeritan bapaknya minta tolong, ketika dia jatuh tersungkur bermandikan darah. Tetapi Ikrimah sendiri tak mampu menolong karena dia sendiri harus menyelamatkan diri. Akhirnya Ikrimah pulang ke Mekkah meninggalkan mayat bapaknya di medan perang Badar. Yang pada akhirnya mayat bapaknya dilemparkan ke sebuah sumur bersama sepuluh mayat kaum musyrikin lainnya.
Balas Dendam dalam Perang Uhud
Sejak kematian bapaknya, pandangan dan sikap Ikrimah terhadap Islam dan kaum Muslimin berubah. Kalau dahulu dia memusuhi Islam semata-mata untuk menyenangkan hati bapaknya, maka sekarang dia memusuhi Islam dan kaum Muslimin karena dia dendam hendak menuntut balas atas kematian bapaknya. Ikrimah dan orang-orang yang senasib menyalakan api permusuhan dalam dada kakum musyrikin untuk membalas kekalahan mereka terhadap Nabi Muhammad, sehingga tidak lama kemudian meletuslah Perang Uhud.
Ikrimah berangkat ke medan Uhud disertai istrinya, Ummu Hakim. Istrinya berbaris bersama-sama wanita Quraysi lainnya di belakang pasukan, sambil menalu genderang untuk membangitkan semangat para prajurit, terutama pasukan berkuda, agar tidak lari dari medan tempur.
Kaum Quraisy mengangkat Khalid bin Walid menjadi komandan sayap kanan pasukan berkuda, dan Ikrimah bin Abi Jahl menjadi komandan sayap kiri. Kedua sayap pasukan berkuda kaum musyrikin yang dikomandokan kedua panglima yang gagah berani itu, berhasil memporak-porandakan dan mengalahkan barisan kaum Muslimin. Kemenangan inilah yang diistilahkan Abu Sufyan sebagai,”Kemenangan penebus kekalahan mereka di medan perang Badar.”
Kembali dalam Pangkuan Islam
Ketika pembebasan kota Mekkah, kaum Quraisy memutuskan tidak akan menghalangi Rasulullah dan para shahabatnya masuk kota Makkah. Mereka sepakat akan melapangkan jalan bagi kaum Muslimin. Putusan itu diambil, karena mereka sudah mengetahui bahwa Rasulullah memerintahkan kepada para panglimanya untuk tidak memerangi penduduk Makkah kecuali orang-orang yang melawan.
Tetapi Ikrimah dan beberapa orang yang sepaham dengannya tidak mengindahkan putusan tersebut. Mereka menyerang pasukan besar kaum Muslimin. Namun dengan mudah serangan itu dapat dipatahkan. Di samping korban yang tewas, ada pula kaum musyrikin yang melarikan diri, termasuk salah satunya adalah Ikrimah bin Abi Jahl.
Dia menyesal telah mengadakan perlawanan tersebut. Semenjak penaklukan kota Makkah oleh kaum Muslimin, Ikrimah merasa bahwa Makkah sudah tidak nyaman lagi baginya. Apalagi ketika Rasulullah mengumumkan amnesty (pengampunan umum) bagi kaum musyrikin Quraisy atas sikap permusuhan mereka terhadap kaum Muslimin, kecuali terhadap beberapa nama-nama yang disebutkan Rasulullah supaya dihukum mati.
Nama Ikrimah bin Abi Jahl terdapat dalam urutan pertama daftar mereka yang dihukum mati. Oleh karena itu, dia segera melarikan diri dari kota Makkah dengan sembunyi-sembunyi. Kemudian dia lari ke Yaman.
Sementara istrinya, Ummu Hakim beserta Hindun binti Utbah istri Abu Sufyan, bersama-sama dengan sepuluh orang wanita Quraisy lainnya pergi menghadap Rasulullah untuk melakukan bai’at. Hindun menutup mukanya dengan cadar karena malu kepada Rasulullah atas perbuatannya yang buas mengoyak-ngoyak dan mengunyah jantung mayat paman Rasulullah, Hamzah bin Abdul Muththalib yang tewas dalam perang Uhud.
Ummu Hakim, istrinya Ikrimah bin Abi Jahl yang sudah masuk Islam maju ke depan, lalu dia berkata,”Ya Rasulullah Ikrimah melarikan diri ke Yaman, karena dia takut menjalani hukuman mati yang anda jatuhkan baginya. Saya mohon, sudilah anda mengampuninya. Semoga Allah melindungi anda pula.”
Jawab Rasulullah,”Dia aman!”
Setelah pertemuannya dengan Rasulullah itu, Ummu Hakim segera berangkat menyusul suaminya. Dia ditemani oleh pelayannya, seorang Romawi.
Dalam perjalanannya, Ummu Hakim sampai ke pantai Laut Merah dan menemukan suaminya di sana. Ketika itu Ikrimah sedang berbincang-bincang dengan seorang pelaut Muslim untuk membawanya ke seberang.
Kata pelaut,”Islamlah kamu. Lepaskanlah kepercayaan nenek moyangmu! Nanti saya antarkan kamu ke seberang.”
Tanya Ikrimah,”Bagaimana caranya saya masuk Islam?”
Kata pelaut,”Ucapkan, Ashadu an laa ilaaha ilallah, wa anna Muhammadan Rasulullah.”
“Saya lari dari negeri saya karena kata-kata itu”, Jawab Ikrimah keberatan.
Di saat itu, tibalah Ummu Hakim seraya berkata,”Wahai anak pamanku! Adinda sengaja datang menyusul kakanda, setelah mengadakan pertemuan dengan orang yang sangat mulia dan sangat baik, Muhammad bin Abdillah. Adinda telah memintakan ampun bagi kakanda. Dia telah mengampuni kakanda. Dia pasti tidak akan mencelakakan kakanda.”
“Engkau berbicara langsung dengannya?” Tanya Ikrimah.
“Ya” jawab Ummu Hakim, “Adinda telah berbicara langsung dengan beliau, lalu beliau mengampuni kakanda. Beliau tidak akan menghukum kakanda dengan hukuman apapun.”
Hati Ikrimah menjadi tentram mendengar cerita istrinya. Akhirnya mereka pulang bersama-sama ke Makkah.
Sewaktu berhenti dan menginap di sebuah penginapan, Ikrimah ingin melepaskan rindu kepada istrinya. Tetapi istrinya, Ummu Hakim menolak dengan sangat. Kata Ummu Hakim,”sekarang adinda sudah menjadi wanita Muslimah, sedangkan kakanda seorang musyrik. Bagi adinda melakukan itu suatu dosa besar, kecuali bila kakanda masuk Islam.”
Ikrimah sangat heran kepada istrinya yang sangat dicintainya menolak untuk digauli. Tetapi dia hormat kepada istrinya yang memegang teguh prinsip agama yang baru dianutnya. Dia sadar, agama istrinya mengharamkan untuk digauli orang kafir seperti dia.
Ketika mereka hampir sampai ke Makkah, Rasulullah berkata kepada para shahabat,”Ikrimah bin Abi Jahl akan datang ke tengah-tengah anda sekalian sebagai Mu’min dan Muhajir. Karena itu janganlah kalian memaki bapaknya. Sebab memaki orang yang sudah meninggal hanyalah akan menyakiti orang yang hidup.”
Tidak lama kemudian, Ikrimah dan Istrinya sampai ke majlis Rasulullah. Beliau seakan-akan melompat menyambut Ikrimah karena sangat gembira. Ketika Rasulullah duduk kembali, Ikrimah duduk pula di hadapan beliau.
Kata Ikrimah,”Ya Muhammad, Ummu Hakim mengabarkan kepada saya bahwa anda telah mengampuni saya. Betulkah itu?”
“Ya, betul! Engkau aman! Jawab Rasulullah.
“Untuk apakah anda mengajak kami?” Tanya Ikrimah.
Jawab Rasulullah, “Saya mengajak engkau mengucapkan syahadat (masuk Islam), yaitu mengaku tidak ada Tuhan selain Allah dan mengaku Muhammad Rasulullah, kemudian menegakkan syahadat, membayar zakat……… dan selanjutnya Rasulullah menyebutkan semua rukun iman dan Islam.
Kata Ikrimah, “Demi Allah! Sesungguhnya anda tidak mengajak melainkan kepada yang haq semata. Dan anda tidak menyuruh melainkan kepada kebaikan.”
“Sebelum anda melancarkan da’wah yang hak ini kami telah mengenal anda, karena anda berada dalam lingkungan kami. Kami tahu benar anda orang yang sangat jujur, selalu berbicara benar dan sangat suka berbuat kebajikan.”
Ikrimah mengucapkan pula kata-kata sumpah setia (bai’at) dengan disaksikan para shahabat dan kaum Muslimin yang hadir. Kemudian Rasulullah bersabda, “Mulai saat ini, tidak ada suatu permintaan yang saya perkenankan bagi seorang Muslim, melainkan permintaan itu saya patuhi terhadap engkau.”
Kata Ikrimah,”Saya bermohon kepada anda semoga anda sudi memohonkan saya ampunan kepada Allah SWT, atas sikap dan tindakan-tindakan saya yang memusuhi anda dan kaum Muslimin masa itu, baik berupa peperangan, pembunuhan dan ucapan-ucapan yang saya ucapkan di hadapan anda maupun di belakang anda.”
Kemudian Rasulullah mendo’akannya, “Wahai Allah! Ampunilah Ikrimah karena sikap dan tindakannya yang bermusuhan dengan kaum Muslimin masa lalu, baik berupa peperangan hendak membasmi agama Engkau, atau ucapannya yang mencelaku di hadapanku maupun di belakangku.”
Wajah Ikrimah berseri-seri. Kemudian dia berkata,”Demi Allah ya Rasulullah! Tidak satu sen dana yang telah saya keluarkan untuk memberantas agama anda masa lalu, melainkan mulai saat ini akan saya tebus kembali dengan mengorbankan hartaku berlipat ganda untuk menegakkan agama Allah. Dan tidak ada seorang kaum Muslimin yang telah gugur di tanganku, melainkan akan kutebus dengan membunuh kaum musyrikin berlipat ganda, demi untuk menegakkan Agama Allah.”
Pengorbanan Dalam Perang Yarmuk
Semenjak itu Ikrimah menggabungkan diri ke dalam barisan da’wah sebagai anggota pasukan berkuda yang cekatan dan gagah berani. Di samping itu ia menjadi seorang abid yang rajin membaca Alquran, tekun di dalam masjid dan seringkali ia menangis karena takutnya terhadap Allah.
Ikrimah menepati janjinya kepada Rasulullah akan menebus dosa karena telah banyak menewaskan kaum Muslimin. Maka setelah dia masuk Islam, setiap pasukan kaum Muslimin berangkat ke medan perang, dia selalu ikut dalam pasukan itu.
Ketika terjadi perang Yarmuk, Ikrimah maju berperang seperti kesetanan. Suatu saat pasukan Muslimin terdesak. Lalu Ikrimah turun dari kudanya dan dipecahnya sarung pedangnya. Setelah itu dia menyerbu ke tengah-tengah barisan tentara Romawi.
Khalid bin Walid yang menjadi panglima perang Islam ketika itu melihat Ikrimah hendak nekat. Dia segera mengejarnya dan berkata memerintah, “Hai Ikrimah! Engkau jangan bodoh! Kembali! Kematianmu adalah kerugian besar bagi kaum Muslimin.”
“Biarkan saja, hai Khalid” Jawab Ikrimah.”Bukankah engkau telah lebih dulu dari saya berjuang dan berjasa untuk Rasulullah. Padahal saya dan bapak saya ketika itu orang-orang yang sangat keras memusuhi Rasulullah. Biarkan saya menebus dosa-dosa saya yang telah lalu. Saya telah memerangi Rasulullah di beberapa medan perang. Pantaskah setelah masuk Islam saya lari dari tentara Rum ini? Tidak, sekali-kali tidak! Kata Ikrimah.
Kemudian dia berteriak kepada kaum Muslimin, “Siapakah diantara kalian yang berani berjuang untuk mati?”
Maka bersumpahlah kepadanya pamannya al Harits bin Hisyam, diikkuti Dhihar Ibnul Uzur dan empat ratus prajurit Muslim. Mereka bertempur mati-matian mempertahankan posisi penting Khalid bin Walid dan berhasil memukul mundur tentara Rum dengan gemilang.
Setelah pertempuran berakhir dengan kemenangan di pihak kaum Muslimin, di bumi Yarmuk berjejer tiga mujahid Muslim terkapar dalam keadaan kritis. Mereka menderita luka yang sangat parah. Mereka adalah al Harits bin Hisyam, Ayyasy bin Abi Rabi’ah dan Ikrimah bin Abi Jahl.
Al Harits minta air minum. Setelah air didekatkan orang ke mulutnya, dia melihat Ikrimah menengok kepadanya. Kata al Harits “Berikan dahulu kepada Ikrimah”
Ketika air didekatkan ke mulut Ikrimah, dia melihat Ayyasy menengok kepadanya. Kata Ikrimah, “Berikan lebih dahulu kepada Ayyasy!”
Ketika orang menghampiri Ayyasy, ternyata dia telah meninggal. Mereka segera kembali kepada al-Harits dan Ikrimah. Tetapi sesampainya mereka di dekat kedua sahabat ini, merekapun telah meninggal.
Itulah kisah para sahabat, pahlawan pejuang pembela Islam yang dengan gagah berani dan penuh keikhlasan berjuang membela agama Allah. Syahadat dan bai’at mereka tidak hanya ucapan di bibir saja, namun terpancar dalam tindakan dan pengorbanan yang sungguh luar biasa.
Wallahu a’lam
Dimuat di www.jejakteladan.blogspot.com
Ketika memimpin balatentara musyrikin ke medan perang Badar, bapaknya bersumpah kepada Lata dan Uza, nama berhala yang disembah mereka bahwa dia tidak akan kembali ke Makkah sebelum Nabi Muhammad dan kaum Muslimin musnah. Sampai di Badar dia mengadakan pesta pora terlebih dahulu selama tiga hari berturut-turut, menyembelih hewan, mabuk-mabukan, menyanyi dan menari. Semua itu dilakukan dengan harapan bisa memompa semangat pasukannya.
Dalam peperangan itu, Ikrimah menjadi tangan kanan bapaknya dalam melakukan serangan terhadap kaum Muslimin.
Menjelang akhir dari peperangan itu, hati Ikrimah bagai tercabik-cabik ketika melihat bapaknya ditembus lembing kaum Muslimin. Ikrimah melihat dengan mata kepalanya dan mendengar dengan telinganya sendiri jeritan bapaknya minta tolong, ketika dia jatuh tersungkur bermandikan darah. Tetapi Ikrimah sendiri tak mampu menolong karena dia sendiri harus menyelamatkan diri. Akhirnya Ikrimah pulang ke Mekkah meninggalkan mayat bapaknya di medan perang Badar. Yang pada akhirnya mayat bapaknya dilemparkan ke sebuah sumur bersama sepuluh mayat kaum musyrikin lainnya.
Balas Dendam dalam Perang Uhud
Sejak kematian bapaknya, pandangan dan sikap Ikrimah terhadap Islam dan kaum Muslimin berubah. Kalau dahulu dia memusuhi Islam semata-mata untuk menyenangkan hati bapaknya, maka sekarang dia memusuhi Islam dan kaum Muslimin karena dia dendam hendak menuntut balas atas kematian bapaknya. Ikrimah dan orang-orang yang senasib menyalakan api permusuhan dalam dada kakum musyrikin untuk membalas kekalahan mereka terhadap Nabi Muhammad, sehingga tidak lama kemudian meletuslah Perang Uhud.
Ikrimah berangkat ke medan Uhud disertai istrinya, Ummu Hakim. Istrinya berbaris bersama-sama wanita Quraysi lainnya di belakang pasukan, sambil menalu genderang untuk membangitkan semangat para prajurit, terutama pasukan berkuda, agar tidak lari dari medan tempur.
Kaum Quraisy mengangkat Khalid bin Walid menjadi komandan sayap kanan pasukan berkuda, dan Ikrimah bin Abi Jahl menjadi komandan sayap kiri. Kedua sayap pasukan berkuda kaum musyrikin yang dikomandokan kedua panglima yang gagah berani itu, berhasil memporak-porandakan dan mengalahkan barisan kaum Muslimin. Kemenangan inilah yang diistilahkan Abu Sufyan sebagai,”Kemenangan penebus kekalahan mereka di medan perang Badar.”
Kembali dalam Pangkuan Islam
Ketika pembebasan kota Mekkah, kaum Quraisy memutuskan tidak akan menghalangi Rasulullah dan para shahabatnya masuk kota Makkah. Mereka sepakat akan melapangkan jalan bagi kaum Muslimin. Putusan itu diambil, karena mereka sudah mengetahui bahwa Rasulullah memerintahkan kepada para panglimanya untuk tidak memerangi penduduk Makkah kecuali orang-orang yang melawan.
Tetapi Ikrimah dan beberapa orang yang sepaham dengannya tidak mengindahkan putusan tersebut. Mereka menyerang pasukan besar kaum Muslimin. Namun dengan mudah serangan itu dapat dipatahkan. Di samping korban yang tewas, ada pula kaum musyrikin yang melarikan diri, termasuk salah satunya adalah Ikrimah bin Abi Jahl.
Dia menyesal telah mengadakan perlawanan tersebut. Semenjak penaklukan kota Makkah oleh kaum Muslimin, Ikrimah merasa bahwa Makkah sudah tidak nyaman lagi baginya. Apalagi ketika Rasulullah mengumumkan amnesty (pengampunan umum) bagi kaum musyrikin Quraisy atas sikap permusuhan mereka terhadap kaum Muslimin, kecuali terhadap beberapa nama-nama yang disebutkan Rasulullah supaya dihukum mati.
Nama Ikrimah bin Abi Jahl terdapat dalam urutan pertama daftar mereka yang dihukum mati. Oleh karena itu, dia segera melarikan diri dari kota Makkah dengan sembunyi-sembunyi. Kemudian dia lari ke Yaman.
Sementara istrinya, Ummu Hakim beserta Hindun binti Utbah istri Abu Sufyan, bersama-sama dengan sepuluh orang wanita Quraisy lainnya pergi menghadap Rasulullah untuk melakukan bai’at. Hindun menutup mukanya dengan cadar karena malu kepada Rasulullah atas perbuatannya yang buas mengoyak-ngoyak dan mengunyah jantung mayat paman Rasulullah, Hamzah bin Abdul Muththalib yang tewas dalam perang Uhud.
Ummu Hakim, istrinya Ikrimah bin Abi Jahl yang sudah masuk Islam maju ke depan, lalu dia berkata,”Ya Rasulullah Ikrimah melarikan diri ke Yaman, karena dia takut menjalani hukuman mati yang anda jatuhkan baginya. Saya mohon, sudilah anda mengampuninya. Semoga Allah melindungi anda pula.”
Jawab Rasulullah,”Dia aman!”
Setelah pertemuannya dengan Rasulullah itu, Ummu Hakim segera berangkat menyusul suaminya. Dia ditemani oleh pelayannya, seorang Romawi.
Dalam perjalanannya, Ummu Hakim sampai ke pantai Laut Merah dan menemukan suaminya di sana. Ketika itu Ikrimah sedang berbincang-bincang dengan seorang pelaut Muslim untuk membawanya ke seberang.
Kata pelaut,”Islamlah kamu. Lepaskanlah kepercayaan nenek moyangmu! Nanti saya antarkan kamu ke seberang.”
Tanya Ikrimah,”Bagaimana caranya saya masuk Islam?”
Kata pelaut,”Ucapkan, Ashadu an laa ilaaha ilallah, wa anna Muhammadan Rasulullah.”
“Saya lari dari negeri saya karena kata-kata itu”, Jawab Ikrimah keberatan.
Di saat itu, tibalah Ummu Hakim seraya berkata,”Wahai anak pamanku! Adinda sengaja datang menyusul kakanda, setelah mengadakan pertemuan dengan orang yang sangat mulia dan sangat baik, Muhammad bin Abdillah. Adinda telah memintakan ampun bagi kakanda. Dia telah mengampuni kakanda. Dia pasti tidak akan mencelakakan kakanda.”
“Engkau berbicara langsung dengannya?” Tanya Ikrimah.
“Ya” jawab Ummu Hakim, “Adinda telah berbicara langsung dengan beliau, lalu beliau mengampuni kakanda. Beliau tidak akan menghukum kakanda dengan hukuman apapun.”
Hati Ikrimah menjadi tentram mendengar cerita istrinya. Akhirnya mereka pulang bersama-sama ke Makkah.
Sewaktu berhenti dan menginap di sebuah penginapan, Ikrimah ingin melepaskan rindu kepada istrinya. Tetapi istrinya, Ummu Hakim menolak dengan sangat. Kata Ummu Hakim,”sekarang adinda sudah menjadi wanita Muslimah, sedangkan kakanda seorang musyrik. Bagi adinda melakukan itu suatu dosa besar, kecuali bila kakanda masuk Islam.”
Ikrimah sangat heran kepada istrinya yang sangat dicintainya menolak untuk digauli. Tetapi dia hormat kepada istrinya yang memegang teguh prinsip agama yang baru dianutnya. Dia sadar, agama istrinya mengharamkan untuk digauli orang kafir seperti dia.
Ketika mereka hampir sampai ke Makkah, Rasulullah berkata kepada para shahabat,”Ikrimah bin Abi Jahl akan datang ke tengah-tengah anda sekalian sebagai Mu’min dan Muhajir. Karena itu janganlah kalian memaki bapaknya. Sebab memaki orang yang sudah meninggal hanyalah akan menyakiti orang yang hidup.”
Tidak lama kemudian, Ikrimah dan Istrinya sampai ke majlis Rasulullah. Beliau seakan-akan melompat menyambut Ikrimah karena sangat gembira. Ketika Rasulullah duduk kembali, Ikrimah duduk pula di hadapan beliau.
Kata Ikrimah,”Ya Muhammad, Ummu Hakim mengabarkan kepada saya bahwa anda telah mengampuni saya. Betulkah itu?”
“Ya, betul! Engkau aman! Jawab Rasulullah.
“Untuk apakah anda mengajak kami?” Tanya Ikrimah.
Jawab Rasulullah, “Saya mengajak engkau mengucapkan syahadat (masuk Islam), yaitu mengaku tidak ada Tuhan selain Allah dan mengaku Muhammad Rasulullah, kemudian menegakkan syahadat, membayar zakat……… dan selanjutnya Rasulullah menyebutkan semua rukun iman dan Islam.
Kata Ikrimah, “Demi Allah! Sesungguhnya anda tidak mengajak melainkan kepada yang haq semata. Dan anda tidak menyuruh melainkan kepada kebaikan.”
“Sebelum anda melancarkan da’wah yang hak ini kami telah mengenal anda, karena anda berada dalam lingkungan kami. Kami tahu benar anda orang yang sangat jujur, selalu berbicara benar dan sangat suka berbuat kebajikan.”
Ikrimah mengucapkan pula kata-kata sumpah setia (bai’at) dengan disaksikan para shahabat dan kaum Muslimin yang hadir. Kemudian Rasulullah bersabda, “Mulai saat ini, tidak ada suatu permintaan yang saya perkenankan bagi seorang Muslim, melainkan permintaan itu saya patuhi terhadap engkau.”
Kata Ikrimah,”Saya bermohon kepada anda semoga anda sudi memohonkan saya ampunan kepada Allah SWT, atas sikap dan tindakan-tindakan saya yang memusuhi anda dan kaum Muslimin masa itu, baik berupa peperangan, pembunuhan dan ucapan-ucapan yang saya ucapkan di hadapan anda maupun di belakang anda.”
Kemudian Rasulullah mendo’akannya, “Wahai Allah! Ampunilah Ikrimah karena sikap dan tindakannya yang bermusuhan dengan kaum Muslimin masa lalu, baik berupa peperangan hendak membasmi agama Engkau, atau ucapannya yang mencelaku di hadapanku maupun di belakangku.”
Wajah Ikrimah berseri-seri. Kemudian dia berkata,”Demi Allah ya Rasulullah! Tidak satu sen dana yang telah saya keluarkan untuk memberantas agama anda masa lalu, melainkan mulai saat ini akan saya tebus kembali dengan mengorbankan hartaku berlipat ganda untuk menegakkan agama Allah. Dan tidak ada seorang kaum Muslimin yang telah gugur di tanganku, melainkan akan kutebus dengan membunuh kaum musyrikin berlipat ganda, demi untuk menegakkan Agama Allah.”
Pengorbanan Dalam Perang Yarmuk
Semenjak itu Ikrimah menggabungkan diri ke dalam barisan da’wah sebagai anggota pasukan berkuda yang cekatan dan gagah berani. Di samping itu ia menjadi seorang abid yang rajin membaca Alquran, tekun di dalam masjid dan seringkali ia menangis karena takutnya terhadap Allah.
Ikrimah menepati janjinya kepada Rasulullah akan menebus dosa karena telah banyak menewaskan kaum Muslimin. Maka setelah dia masuk Islam, setiap pasukan kaum Muslimin berangkat ke medan perang, dia selalu ikut dalam pasukan itu.
Ketika terjadi perang Yarmuk, Ikrimah maju berperang seperti kesetanan. Suatu saat pasukan Muslimin terdesak. Lalu Ikrimah turun dari kudanya dan dipecahnya sarung pedangnya. Setelah itu dia menyerbu ke tengah-tengah barisan tentara Romawi.
Khalid bin Walid yang menjadi panglima perang Islam ketika itu melihat Ikrimah hendak nekat. Dia segera mengejarnya dan berkata memerintah, “Hai Ikrimah! Engkau jangan bodoh! Kembali! Kematianmu adalah kerugian besar bagi kaum Muslimin.”
“Biarkan saja, hai Khalid” Jawab Ikrimah.”Bukankah engkau telah lebih dulu dari saya berjuang dan berjasa untuk Rasulullah. Padahal saya dan bapak saya ketika itu orang-orang yang sangat keras memusuhi Rasulullah. Biarkan saya menebus dosa-dosa saya yang telah lalu. Saya telah memerangi Rasulullah di beberapa medan perang. Pantaskah setelah masuk Islam saya lari dari tentara Rum ini? Tidak, sekali-kali tidak! Kata Ikrimah.
Kemudian dia berteriak kepada kaum Muslimin, “Siapakah diantara kalian yang berani berjuang untuk mati?”
Maka bersumpahlah kepadanya pamannya al Harits bin Hisyam, diikkuti Dhihar Ibnul Uzur dan empat ratus prajurit Muslim. Mereka bertempur mati-matian mempertahankan posisi penting Khalid bin Walid dan berhasil memukul mundur tentara Rum dengan gemilang.
Setelah pertempuran berakhir dengan kemenangan di pihak kaum Muslimin, di bumi Yarmuk berjejer tiga mujahid Muslim terkapar dalam keadaan kritis. Mereka menderita luka yang sangat parah. Mereka adalah al Harits bin Hisyam, Ayyasy bin Abi Rabi’ah dan Ikrimah bin Abi Jahl.
Al Harits minta air minum. Setelah air didekatkan orang ke mulutnya, dia melihat Ikrimah menengok kepadanya. Kata al Harits “Berikan dahulu kepada Ikrimah”
Ketika air didekatkan ke mulut Ikrimah, dia melihat Ayyasy menengok kepadanya. Kata Ikrimah, “Berikan lebih dahulu kepada Ayyasy!”
Ketika orang menghampiri Ayyasy, ternyata dia telah meninggal. Mereka segera kembali kepada al-Harits dan Ikrimah. Tetapi sesampainya mereka di dekat kedua sahabat ini, merekapun telah meninggal.
Itulah kisah para sahabat, pahlawan pejuang pembela Islam yang dengan gagah berani dan penuh keikhlasan berjuang membela agama Allah. Syahadat dan bai’at mereka tidak hanya ucapan di bibir saja, namun terpancar dalam tindakan dan pengorbanan yang sungguh luar biasa.
Wallahu a’lam
Dimuat di www.jejakteladan.blogspot.com
No comments:
Post a Comment