Saturday, 30 January 2010

Wanita dan Gender

Baru-baru ini,
dimana-mana digembar gemborkan tentang persamaan kedudukan antara kaum wanita dan kaum pria. Dimana para wanita merasa tertindas dan terkekang hak-haknya untuk mendapatkan kedudukan sebagaimana yang para kaum pria dapatkan. Jika dilihat dari hukum islam, bagaimana sebenarnya kedudukan wanita?


Di dalam Islam, wanita adalah sosok yang mulia. Jika dilihat dari penciptaan, setelah diciptakan laki-laki yaitu Adam selanjutnya juga diikuti dengan penciptaan wanita (Hawa)

Bahkan, tugas dari Allah dikeluarkan da disampaikan tidak hanya kepada laki-laki. Namun, tugas dari Allah dikeluarkan dan disampaikan kepada laki-laki dan wanita secara bersamaan (ketika keduanya diperintahkan untuk menetap di surga). Kepada mereka berdua Allah berfirman:
"Dan Kami berfirman: " Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim." (Al-Baqarah:35)

Dalam pandangan Islam, wanita bukanlah musuh kaum laki-laki, bukan pula budak kaum laki-laki. Namun, wanita adalah pelengkap kaum laki-laki dan laki-laki adalah pelengkap wanita. Wanita adalah bagian dari laki-laki dan laki-laki adalah bagian dari kaum pria. Sebagiaman yang difirmankan Allah dalam Q.S. Ali Imron (195) : "...sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain......" Dalam sebuah riwayat, Rosulullah juga bersabda: "Sebenarnya wanita adalah saudara kandung laki-laki."

Di dalam Islam tidak pernah diajarkan adanya pengurangan atas hak wanita atau penzaliman atas wanita demi kepentingan kaum laki-laki sebab Islam adalah syari'at Allah SWT yang diturunkan untuk laki-laki dan wanita sekaligus. Termasuk perintah untuk beribadah kepada Allah dalam hal Sholat, Zakat, Puasa maupun Haji. Keduanya memiliki hak dan kewajiban ibadah tersebut. Dalam meraih pahala pun tidak ada batasan antara kaum laki-laki dan perempuan. Semua punya kesempatan berlomba-lomba mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya untuk bekal hidup di akhirat.

-red-


Tuesday, 26 January 2010

Qorun yang sombong

Qarun adalah kaum Nabi Musa, berkebangsaan Israel, dan bukan berasal dari suku Qibthi (Gypsy, bangsa Mesir). Allah mengutus Musa kepadanya seperti diutusnya Musa kepada Fir'aun dan Haman. Allah telah mengaruniai Qarun harta yang sangat banyak dan perbendaharaan yang melimpah ruah yang banyak memenuhi lemari simpanan. Perbendaharaan harta dan lemari-lemari ini sangat berat untuk diangkat karena
beratnya isi kekayaan Qarun. Walaupun diangkat oleh beberapa orang lelaki kuat dan kekar pun, mereka masih kewalahan.

Qarun mempergunakan harta ini dalam kesesatan, kezaliman dan permusuhan serta membuatnya sombong. Hal ini merupakan musibah dan bencana bagi kaum kafir dan lemah di kalangan Bani Israil.Dalam memandang Qarun dan harta kekayaannya, Bani Israil terbagi atas dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok orang yang beriman kepada Allah dan lebih mengutmakan apa yang ada di sisi-Nya. Karena itu mereka tidak terpedaya oleh harta Qarun dan tidak berangan-angan ingin memilikinya. Bahkan mereka memprotes kesombongan, kesesatan dan kerusakannya serta berharap agar ia menafkahkan hartanya di jalan Allah dan memberikan kontribusi kepada hamba-hamba Allah yang lain.Adapun kelompok kedua adalah yang terpukau dan tertipu oleh harta Qarun karena mereka telah kehilangan tolok ukur nilai, landasan dan fondasi yang dapat digunakan untuk menilai Qarun dan hartanya. Mereka menganggap bahwa kekayaan Qarun merupakan bukti keridhaan dan kecintaan Allah kepadanya. Maka mereka berangan-angan ingin bernasib seperti itu.

Qarun mabuk dan terlena oleh melimpahnya darta dan kekayaan. Semua itu membuatnya buta dari kebenaran dan tuli dari nasihat-nasihat orang mukmin. Ketika mereka meminta Qarun untuk bersyukur kepada Allah atas sedala nikmat harta kekayaan dan memintanya untuk memanfaatkan hartanya dalam hal yang bermanfaat,kabaikan dan hal yang halal karena semua itu adalah harta Allah, ia justru menolak seraya mengatakan "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku"

Suatu hari, keluarlah ia kepada kaumnya dengan kemegahan dan rasa bangga, sombong dan congkaknya. Maka hancurlah hati orang fakir dan silaulah penglihatan mereka seraya berkata, "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar."Akan tetapi orang-orang mukmin yang dianugerahi ilmu menasihati orang-orang yang tertipu seraya berkata, "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh…."

Berlakulah sunnatullah atasnya dan murka Allah menimpanya. Hartanya menyebabkan Allah murka, menyebabkan dia hancur, dan datangnya siksa Allah. Maka Allah membenamkan harta dan rumahnya kedalam bumi, kemudian terbelah dan mengangalah bumi, maka tenggelamlah ia beserta harta yang dimilikinya dengan disaksikan oleh orang-orang Bani Israil. Tidak seorangpun yang dapat menolong dan menahannya dari bencana itu, tidak bermanfaat harta kekayaan dan perbendaharannya.
Tatkala Bani Israil melihat bencana yang menimpa Qarun dan hartanya, bertambahlah keimanan orang-orang yang beriman dan sabar. Adapaun mereka yang telah tertipu dan pernah berangan-angan seperti Qarun, akhirnya mengetahui hakikat yang sebenarnya dan terbukalah tabir, lalu mereka memuji Allah karena tidak mengalami nasib seperti Qarun. Mereka berkata, "Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa saja yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)."


Nama Qarun diulang sebanyak empat kali dalam Al-Quran, dua kali dalam surah al-Qashash, satu kali dalam surah al-`Ankabut, dan satu kali dalam surah al-Mu'min.Penyebutan dalam surah al-`Ankabut pada pembahasan singkat tentang pendustaan oleh tiga orang oknum thagut, yaitu Qarun,Fir'aun, dan Haman, lalu Allah menghancurkan mereka.

"Dan (juga) Qarun, Fir'aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi, mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu).

Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka diantara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu, kerikil dan diantara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan diantara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan diantara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri." (al-`Ankabut: 39-40)

Penyebutan dalam surah al-Mu'min (Ghafir) pada kisah pengutusan Musa a.s. kepada tiga orang thagut yang mendustakannya."Dan sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata, kepada Fir'aun, Haman, dan Qarun, maka mereka berkata, `(Ia) adalah seorang ahli sihir yang pendusta.'" (al-Mu'min:23-24)

-red-
Sumber: Sujud,cjb,net

Adam Manusia Pertama

Allah telah menciptakan bumi dan seisinya serta langit yang berlapis tujuh sebelum diciptakannya manusia.

Kemudian Allah hendak menciptakan seorang khalifah di muka bumi. Allah berfirman kepada para malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Setelah itu, Allah Swt. menciptakan manusia pertama dari tanah liat yang kering, meniupkan ruh kedalamnya sehingga dapat bergerak, hidup dan berfikir. Manusia pertama itu adalah Adam dan Allah menempatkannya di surga.

Kemudian Allah mengajarkan mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"

Malaikat menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang Telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana."

Kemudian Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini."

Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman:
"Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"

Allah berfirman kepada para malaikat:
"Sujudlah (menghormati/ memuliakan) kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.

Iblis yang tidak mau sujud karena mereka merasa bahwa iblis lebih mulia dari Adam, sebab iblis diciptakan dari api sedangkan Adam dari tanah.

Oleh karena iblis membangkang, maka Allah Swt menghukumnya dengan mengusirnya dari surga

Tak lama setelah itu, Allah Swt menciptakan isteri bagi Adam dari tulang rusuknya. Hawa namanya, yang kemudian keduanya ditempatkan di surga. Allah berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini (pohon khuldi), yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.

Namun syaitan/ iblis tidak tinggal diam. Dengan bujuk rayunya Adam dan Hawa tergoda memakan buah khuldi tersebut, sehingga dikeluarkan dari dari surga. Allah berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."
Adam menyesali perbuatannya dan memohon ampun kepada Allah Swt dan taubatnya tersebut diterima, karena Allah Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang

Allah berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, Maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati".

Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

Syetan terus menerus menggoda anak cucu Adam hingga kiamat nanti. Sehingga jika tergoda dengan bujuk rayu syaitan/ iblis tersebut, niscaya akan tersesat dan menjadi calon penghuni neraka. Namun jika tidak tergoda dan tetap istiqomah bertaqwa kepada Allah Swt, maka inilah jalan yang benar, jalan yang lurus menuju surga.


-red-

Sumber Dalil: Q.S. Al-Baqarah (29-39)

Kepedulian Umar

Pada suatu malam Umar mendengar suara tangis anak-anak di sebuah rumah. Terdengar pula suara ibu mereka menenangkan anak-anaknya. Umar kemudian mendatangi rumah tersebut dan meminta ibu itu agar diperbolehkan masuk.

Ibu itu menjelaskan kepadanya bahwa ia
sedang menenangkan anak-anaknya yang menangis kelaparan. Untuk menghibur dan menenangkan anak-anaknya ia sengaja merebus batu. Ibu yang malang itu tidak tahu bahwa orang yang datang malam-malam ke rumahnya adalah Amirul mukminin Umar ibnul Khattab.

Umar bertanya kepada ibu itu, “ Wahai ibu, mengapa kamu tidak datang kepada Amirul mukminin untuk meminta pangan? Kemudian si ibu menjawab,”Selaku Amirul mukminin seharusnya dia tahu nasib rakyatnya.”

Mendengar perkataan ibu itu Umar segera pamit dengan wajah duka. Sepanjang jalan ia menangis tersedu-sedu.

Sesampai di rumahnya, Umar mengumpulkan gandum ke dalam karung, kemudian dipikulnya karung gandum itu seorang diri menuju rumah ibu itu.

Sesampainya di sana ia rebus sendiri gandum tersebut dan setelah masak, ia berikan kepada anak-anak yang tengah kelaparan dan sesudahnya iapun bergurau dengan mereka sampai anak-anak itu tertidur.

Demikianlah kisah Umar yang keras perangainya tapi hatinya lembut.

Umar ketika Masuk Islam

Pada suatu hari Umar berjalan dengan menyandang pedang menuju tempat berkumpulnya Rasulullah SAW dengan maksud untuk membunuh Muhammad karena telah meninggalkan agama nenek moyang dan malah menyebarkan Islam.


Namun sahabat mencegahnya dan memberitahukan kepada Umar bahwa ipar dan saudara sepupunya juga telah masuk islam. Maka Umarpun berbalik dan menuju rumah saudaranya tersebut.

Waktu itu di rumah saudaranya Said bin Zaid sedang berkunjung seorang sahabatnya, Khabbab ibnul Arrat yang sedang membacakan ayat-ayat Alqur’an kepada mereka. Namun ketika melihat Umar, Fatimah cepat-cepat menyembunyikan lembaran-lembaran ayat tersebut, padahal Umar telah mendengarnya. Umar bertanya kepada mereka, “Syair apa yang telah aku dengar tadi? Saya telah diberitahu bahwa kalian berdua telah mengikuti agama Muhammad.” Setelah itu Umar menyerang Said. Fatimah ikut melindungi, hingga kepalanya berdarah terkena tamparan Umar.

Namun, Fathimah tak gentar dan tetap teguh keimanannya. Setelah melihat darah mengucur di kepala adiknya, Umar merasa menyesal, lalu menahan amarahnya dan berkata, “Kalau begitu, berikan lembaran syair yang telah aku dengar tadi agar aku dapat mempertimbangkan apa yang telah diajarkan Muhammad kepadamu”.

Dalam lembaran itu tertulis Qur’an Surat Thaha, dan setelah membaca lembaran surat tersebut, Umar berkata,”Alangkah indahnya kata-kata ini dan alangkah mulianya.”
Mendengar ucapan Umar, maka keluarlah Khabbab dari tempat persembunyiannya seraya berkata, “Hai Umar, Demi Allah, aku berharap Allah telah memilihmu untuk menerima dakwah nabiNya. Kemarin aku mendengar Rasulullah SAW berdoa:”Ya, Allah, teguhkanlah Islam dengan berislamnya Ali Alhakam bin Hisyam (Abu Jahal) atau Umar ibnul Khattab. Waspadalah, wahai Umar.”

Umar berkata kepada Khabbab, “Wahai Khabbab, tunjukkanlah kepadaku tempat Muhammad. Aku akan menemuinya dan akan masuk Islam.
Khabbab menjawab, “Dia sedang berkumpul bersama kawan-kawannya di sebuah rumah dkat Assofa.”

Kemudian Umar menuju tempat Rasulullah berada dan ketika bertemu dengan Rasulullah, Umar berkata, “Ya, Rasulullah, aku datang untuk beriman kepada Allah dan rasul-Nya, dan kepada apa yang datang dari Allah.”

Sejak saat itu Umar menjadi sahabat yang memperkuat barisan Islam.

Umar Sang Singa Padang Pasir

Umar Ibnul Khattab Ra merupakan orang ketiga dalam urutan pejuang-pejuang dakwah Islam sesudah Rasulullah SAW dan Abubakar Assiddiq Ra.

Umar Ra merupakan seorang manusia yang berasal dari masyarakat badui tulen yang keras lingkungan hidupnya
dan akhirnya menjadi seorang amirul mukminin (pemimpin).

Umar berasal dari suku Bani Hasyim. Semasa kanak-kanaknya dia menggembala domba milik ayahnya. Umar senang berbicara tentang kenikmatan-kenikmatan yang telah diberikan Allah Ta’ala untuknya, antara lain karena dia selalu merasa terpanggil untuk berjuang di dalam dakwah. Ia selalu mengakui hal itu sebagai anugerah Allah untuknya.

Umar tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah, namun ia dapat memberi contoh kepada kaumnya dalam mengurus pemerintahan dan kekuasaan yang penuh dengan keadilan, kebijaksanaan, keutamaan dan berlandaskan fiqih (hukum) Islam.

Di masa sebelum memeluk Islam, Umar dikenal di kalangan kaumnya sebagai utusan yang mampu berdiskusi, berdialog dan memecahkan berbagai urusan. Dia mahir dalam berdagang dan tekun dalam perdagangannya. Ia juga dikenal sebagai orang yang bertemperamen kasar, kokoh dalam memegang prinsip dan berkedudukan tinggi. Oleh karena itu ia digelari Alfaruq Umar Ibnul Khattab Ra. Selain itu Umar terkenal dengan julukan “Singa Padang pasir”, sangat kuat dan pemberani.

Setelah masuk Islam ia adalah orang yang lembut terhadap sesama Muslim dan paling keras terhadap orang yang memusuhi Islam. Ia juga terkenal sebagai seorang yang adil dan menjadi khalifah yang menjadi pelindung yang lemah.

Abubakar ketika Perang Badar

Perang Badar adalah Perang yang sungguh luar biasa, dimana pasukan Muslim hanya berjumlah 313 orang mampu mengalahkan pasukan Kafir Quraisy sejumah 1.000 orang.


Sewaktu akan menghadapi perang Badar, kaum muslimin bersiap-siap menghadapi musuh. Mereka cepat mengambil posisi di medan tempur, dan pada waktu itu Rasulullah masih khusu berdoa:
“Ya, Allah, jika Engkau binasakan kelompok ini, maka Engkau tidak akan disembah lagi di muka bumi.” (Rasulullah berdoa demikian karena seluruh orang laki-laki sahabat Rasulullah ikut berperang, hanya beberapa yang tetap di tempat karena sakit keras dan menjaga para wanita, sehingga jika pasukan muslim habis dikalahkan musuh, maka habis pulalah umat muslim pada waktu itu.)

Saat itulah Abubakar menghampiri Rasulullah dan berkata,” Ya, Rasulullah, tenangkan dirimu dan mantapkan hatimu. Sesungguhnya Allah pasti akan menepati jaanjiNya dan sekali-kali tidak akan mengecewakanmu.”

Mendengar perkataan Abubakar, hati Rasulullah SAW menjadi mantab dan tenang. Maka pantaslah jika Rasulullah menggelarinya Assidiq, yang artinya: orang yang selalu benar dan membenarkan Muhammad sebagai Rasul-Nya.

Abubakar Hijrah bersama Rasulullah Saw.

Ketika Hijrah ke Madinah, terlihat keimanan Abubakar begitu luar biasa.

Ketika Rasulullah pergi menuju gua bersama Abubakar, sebentar-sebentar Abubakar berjalan di depan Rasulullah sebentar kemudian di belakang Rasulullah. Melihat demikian Rasulullah SAW bertanya,
”Mengapa engkau berbuat begitu, hai Abubakar?”.
Abubakar menjawab, “Ya, Rasulullah, aku ingat lawan mengejar dari belakang, maka aku berjalan di belakangmu, lalu aku ingat pengintaian lawan dari depan untuk mencelakakanmu maka aku berjalan di depanmu.”
Rasulullah bertanya, “Ya, Abubakar, kalau terjadi sesuatu apakah kamu lebih suka dirimu yang terkena dan bukan aku ?”
Abubakar menjawab, Benar demikian, Ya Rasulullah. Demi yang mengutusmu dengan haq (benar).”

Ketika mereka tiba di pintu gua, Abubakar Ra berkata, “Tetaplah di tempatmu, ya, Rasulullah. Aku akan turun dulu untuk mengamankan gua.”
Lalu Abubakar masuk ke dalam gua. Setelah diketahui gua itu aman, Abubakar berkata, “Turunlah, ya Rasulullah.”

Umar bin Khattab terharu dengan perlakuan Abubakar terhadap Rasulullah SAW, sampai-sampai dia berkata, “Demi yang jiwaku dalam gengaman-Nya, malam itu (Abubakar) lebih baik dari seluruh keluarga Umar.”

Keimanan Abubakar

Abubakar Assiddiq Ra, adalah seorang Quraisy dari kabilah yang sama dengan Rasulullah Saw, meskipun lain keluarga. Abu Bakar Ra berasal dari keluarga Tamimi sedangkan Rasulullah Saw berasal dari keluarga Hasyimi. Namun keduanya sama-sama berasal dari suku Quraisy.


Abubakar Assiddiq adalah seorang pedagang yang selalu menjaga kehormatan dan harga dirinya. Dia adalah pedagang yang kaya harta dan memiliki pengaruh yang besar di wilayahnya. Abubakar memiliki akhlak yang mulia dan belum pernah ada yang melihatnya meminum khamr. Tabiat dan sifatnya mirip dengan Muhammad Saw dan dari sebelum datangnya agama Islam, ia sudah menjadi sahabat karib Muhammad Saw.

Nabi Saw selalu mengutamakan Abubakar Ra daripada sahabat-sahabatnya yang lain karena keimanannya. Hal ini disampaikan oleh Rasulullah dalam sabdanya:
“Jika ditimbang keimanan Abubakar dengan keimanan seluruh umat akan lebih berat keimanan Abubakar.” (HR. Al-Baihaqi dalam Asysyiib).

Di dalam Alqur’an pun banyak mengisyaratkan sikap dan tindakannya dalam menegakkan dinul Islam, seperti yang difirmankan Allah dalam (Q.S Al Lail: 5-7):
“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.”

Demikian pula kisah yang difirmankan dalam (Q.S. Al-Lail 17-21): “Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari merka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, padahal tidak ada seorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya. Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Robbnya Yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.”

Abubakar adalah sosok sahabat dengan keimanan tanpa ragu mulai dari datangnya Islam.
Ketika bertemu dengan Rasulullah Saw. Ia bertanya, “Ya Muhammad, apakah benar apa yang dituduhkan kaum Quraisy terhadapmu bahwa kamu meninggalkan tuhan-tuhan kita, merendahkan akal pikiran kita dan mengkufuri ajaran-ajaran nenek moyang kita?”
Muhammad Saw menjawab,”Ya benar! Sesungguhnya aku ini rasul Allah dan nabi-Nya. Allah mengutus aku untuk menyampaikan risalahNya dan mengajakmu kepada Allah yang benar. Demi Allah, itu adalah haq. Aku mengajakmu, hai Abubakar kepada Allah Yang Esa, tunggal. tiada sekutu bagiNya. Janganlah kamu menyembah selain Allah dan patuh serta taatlah kepada-Nya.”
Kemudian Rasulullah Saw membaca beberapa ayat Al-Qur’an. Tanpa ragu-ragu Abubakar masuk Islam, mengkufuri penyembahan kepada berhala dan menjadi mukmin yang benar.

Abubakar adalah sahabat yang langsung menerima ajakan Islam tanpa ragu. Dan dikala orang lain mendustakan perkataan Muhammad, ia membenarkannya.

Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah mengutusku kepadamu dan kamu berkata, ”Engkau pendusta! Sedangkan Abubakar berkata, “Dia benar.” Abubakar menyantuni aku dengan dirinya dan hartanya. Tidakkah kalian berhenti mengganggunya.” Dan sesudah itu, Abubakar tidak pernah diganggu lagi. (HR. Bukhari).

Demikian sosok Abubakar yang begitu mulia keimanannya.

-red-

Mereka yang Dijamin Surga

Tercatat dalam “Arriyadh Annadhirah Fi Manaqibil ‘Asyarah” dari sahabat Abu Dzarr Ra, bahwa Rasulullah Saw masuk ke rumah Aisyah Ra dan bersabda :
“Wahai Aisyah, inginkah engkau mendengar kabar gembira?” Aisyah menjawab,”tentu, ya Rasulullah.”Lalu Nabi Saw bersabda:”ada sepuluh orang yang mendapat kabar gembira masuk surga, yaitu :
(1) Ayahmu masuk surga dan kawannya adalah Ibrahim; (2) Umar masuk surga dan kawannya Nuh; (3) Utsman masuk surga dan kawannya aku; (4) Ali masuk surga dan kawannya Yahya bin Zakaria; (5) Thalhah masuk surga dan kawannya Daud; (6) Azzubair masuk surga dan kawannya Ismail; (7) Sa’ad bin Abi Waqqash masuk surga dan kawannya Sulaiman; (8) Said bin Zaid masuk surga dan kawannya Musa bin Imran; (9) Abdurrahman bin Auf masuk surga dan kawannya Isa bin Maryam; (10) Abu Ubaidah Ibnul Jarrah masuk surga dan kawannya Idris Alaihissalam.”

Kesepuluh orang sahabat yang mendapat kabar gembira masuk surga itu adalah para pendahulu kita yang patut diteladani perilaku dan keimanannya. Mereka adalah contoh binaan Rasulullah yang tidak pernah absen dalam membela panji Islam dan tidak ada seorangpun yang lalai akan tujuan utamanya yaitu akhirat.

Ambisi mereka begitu tinggi dalam menggapai keridhaan Allah. Dan mereka amat mendambakan datangnya saat-saat mendengar seruan Allah :
“Hai jiwa yang tenang. Kembalikanlah kepada Robb-mu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (Q.S. Al-Fajr: 27-30).

Ada pepatah mengatakan:
“Meniru orang-orang besar adalah suatu kesuksesan (keberuntungan).”


Dalam Q.S Asyams, diterangkan bahwa setiap manusia diberikan dua pilihan yaitu jalan fujur (kejelekan/ sesat) dan jalan taqwa.
Jadi, bagi siapa saja yang menginginkan keberuntungan di hari akhirat nanti, jadikanlah mereka sebagai tauladan dalam meniti jalan taqwa.