Ibu itu menjelaskan kepadanya bahwa ia
sedang menenangkan anak-anaknya yang menangis kelaparan. Untuk menghibur dan menenangkan anak-anaknya ia sengaja merebus batu. Ibu yang malang itu tidak tahu bahwa orang yang datang malam-malam ke rumahnya adalah Amirul mukminin Umar ibnul Khattab.
Umar bertanya kepada ibu itu, “ Wahai ibu, mengapa kamu tidak datang kepada Amirul mukminin untuk meminta pangan? Kemudian si ibu menjawab,”Selaku Amirul mukminin seharusnya dia tahu nasib rakyatnya.”
Mendengar perkataan ibu itu Umar segera pamit dengan wajah duka. Sepanjang jalan ia menangis tersedu-sedu.
Sesampai di rumahnya, Umar mengumpulkan gandum ke dalam karung, kemudian dipikulnya karung gandum itu seorang diri menuju rumah ibu itu.
Sesampainya di sana ia rebus sendiri gandum tersebut dan setelah masak, ia berikan kepada anak-anak yang tengah kelaparan dan sesudahnya iapun bergurau dengan mereka sampai anak-anak itu tertidur.
Demikianlah kisah Umar yang keras perangainya tapi hatinya lembut.
Umar bertanya kepada ibu itu, “ Wahai ibu, mengapa kamu tidak datang kepada Amirul mukminin untuk meminta pangan? Kemudian si ibu menjawab,”Selaku Amirul mukminin seharusnya dia tahu nasib rakyatnya.”
Mendengar perkataan ibu itu Umar segera pamit dengan wajah duka. Sepanjang jalan ia menangis tersedu-sedu.
Sesampai di rumahnya, Umar mengumpulkan gandum ke dalam karung, kemudian dipikulnya karung gandum itu seorang diri menuju rumah ibu itu.
Sesampainya di sana ia rebus sendiri gandum tersebut dan setelah masak, ia berikan kepada anak-anak yang tengah kelaparan dan sesudahnya iapun bergurau dengan mereka sampai anak-anak itu tertidur.
Demikianlah kisah Umar yang keras perangainya tapi hatinya lembut.
No comments:
Post a Comment